Resident di Era Covid

Menjadi petugas medis; atau tepatnya residen (dokter yang sedang menjalakan pendidikan dokter spesialis) di era covid ini mungkin adalah salah satu anugrah, atau musibah?

Bayangkan di saat seluruh semua mahasiswa di seluruh dunia di liburkan, mungkin cuma resident aja yang masuk. Ya, dikarenakan ini ada pandemic coronavirus, makan garda terdepan di pelayanan kesehatan adalah seluruh tim medis.

Apesnya lagi sebagai status mahasiswa maka resident (di indonesia aja) ga dapet hak untuk jasa pelayanan alias duit. 

Setidaknya sampai saat ini resident belum termasuk di tim medis yang meninggal yg karena covid, menandakan selain mentalnya kuat, Tuhan masih memberikan perlindungan ke kita.

***

Well, coronavirus menjadi saksi bahwa sebuah pandemic di era modern tidak lebih baik di masa lalu. Dengan berkembangnya teknologi, sosial-ekonomi, politik, ilmu, maka akan lebih kompleks.

Pertanyaan antara apakah harus lockdown atau menerapkan "program-jaga-jarak" demi ekonomi menjadi pertanyaan. Sebagaimana yang sudah aku twit dari awal kejadian covid.

Mungkin pak jokowi juga mengira angka kematian covid yang 5% dari jumlah yang terinfeksi tidak sebanding dengan apa yang terjadi jika ekonomi ambruk. Kelaparan, krisis sosial, penjarahan mungkin bukan sesuatu yang diinginkan juga.

Di lain itu ilmuwan dan perusahaan farmasi seluruh dunia berlomba mencari vaksin, pengobatan yang sesuai, bahkan apa yang terjadi jika pasien sembuh setelah terkena covid. Apakah terinfeksi ulang ? Darahnya kebal dan imun sehingga bisa didonorkan ke orang lain ?

Sesuatu yg besar dipertaruhkan disini, dan saya sebagai residen juga hanya bisa menunggu dan berdoa. Semoga di bulan Ramadhan sesuatu keajaiban terjadi



Comments

Popular posts from this blog

Alamak Gafatar..

Runningman Main di Bali ?